Strategi bisnis mixue, mixue saat ini menjadi banyak perbincangan di Indonesia, tidak lain dan tidak bukan adalah banyaknya gerai – gerai es krim ini yang hampir ada di setiap tempat di Indonesia. Udah hampir seperti Alfamart dan Indomaret saja ya.
Fun Factnya adalah bisnis mixue itu bukan bisnis es krim, tetapi bisnis supply chain, hal ini dibuktikan dari laporan keuangannya yang hanya menunjukkan bahwa pendapatan mereka dari jualan es krim itu kurang dari 1% ya.
Sementara mayoritas pendapatan mixue didapat dari jual bahan baku dan packaging mereka.
Dengan pertumbuhan yang sangat cepat antara 3 – 5 tahun ini, menurut analis mixue bisa saja mengalahkan perusahaan besar seperti McDonald’s dalam jumlah outletnya, Damn so crazy right?
Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana Mixue mendapatkan keuntungan dari bisnis mereka, jika mereka membuat harga dibawah rata – rata?
Pada artikel ini kita akan coba bedah mengapa mixue bisa besar dan berkembang dengan pesat sekali di Indonesia. So pastikan kalian membaca artikel ini sampai tuntas ya.
Daftar Isi
Sejarah Mixue
Pertama sebelum kita masuk kedalam tahapan inti, ada baiknya kita tau tentang sejarah dari mixue.
Cerita ini sebenarnya sudah banyak yang tau, kisah mixue berawal dari Zhang Hongchao yang mendirikan Mixue Ice Cream & Tea pada 1997. Perjalanannya dimulai dengan menjual es serut di sebuah toko minuman dingin, yang khusus membuat es serut. Zheng ketika itu bekerja paruh waktu, sambil menyelesaikan studinya.
Setelah beberapa saat bekerja di tempat penjual es serut, Zheng itu mengumpulkan keberanian untuk memulai bisnisnya sendiri. Saat itu, ia mendapatkan modal sekitar 4.000 yuan atau setara Rp 8 juta (kurs Rp2.000) dari neneknya.
Dari sinilah mixue mulai berjalan sebagai es krim enak dengan harga murah yang mana hal ini menjadi DNA dari mixue itu sendiri.
Dari sini mixue mendapatkan masalah yaitu dengan tidak adanya keuntungan dari penjualan es krim mereka, karena ya mau gimana untung, mixue harganya murah sementara cost dari mereka sendiri juga tinggi, misal dia jual 10RB untuk 1 buah es krim, yang membtuhkan cost 7000, maka hal ini akan sulit untuk mendapatkan keuntungan.
Nah darisinilah muncul ide bisnis model franchise, dari sang pemilik itulah kenapa akhirnya banyak sekali mixue terutama di bangungan kosong.
Mixue melakukan Economics of Scale, dari yang tadinya F&B company menjadi Supply Chain Company,
Baca Juga : Contoh B2B di Indonesia : Simak Ulasannya dan Baca Sekarang
Strategi Bisnis Mixue
Strategi bisnis mixue dimulai dari offer / product. Dari data laporan keuangan mixue dari maret sampai juni 2022, 72% keuntungan didapat dari bahan baku, 15% dari packaging atau kemasan sementara untuk penjualan es krim sendiri hanya 0.56%. Kalau kita mau bedah satu per satu maka kemungkinan yang bisa adalah seperti ini,
-
Price
Dengan DNA harga murah rasa enak tadi, mixue menjadi es krim dengan rasa enak yang tidak mahal.
-
Place
Ada disetiap lokasi di Indonesia, bisnis model franchise ini tadi yang menyebabkan mixue ada dimana – mana. Sistem franchise mixue sendiri bisa dibilang freindly karena tidak ada sistem bagi hasil, kalian beli ya itu punya kalian.
Hal inilah yang menjawab kenapa pendapatan mixue terbesar adalah dari bahan baku dan packaging, bukan dari jualan es krim. Masuk akal ya?
-
Promotion
Banyak sekali konten – konten yang bertebaran tentang mixue, entah itu meme lucu atau hal – hal lain yang membahas seputar mixue seperti artikel ini. Secara tidak langsung itu membangkitkan ingatan kita untuk ke mixue, memicu rasa penasaran yang akhirnya membeli produknya.
Baca Juga : Strategi Pemasaran Bisnis Kopi Yang Bisa Kalian Terapkan
Kesimpulannya apa?
Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa strategi bisnis mixue atau bisnis F&B tidak melulu tentang menjual makanan, Mixue membuktikan hal itu dengan menjual bahan baku dan pacakagingnya mereka kepada para franchising.
Menarik!.
