Apa itu resesi 2023 – Dilansir dari dana moneter international (IMF) mempunyai sebuah indikasi bahwa beberapa negara maju di Dunia seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China akan mengalami perlambatan ekonomi terdalam, bahkan berpotensi masuk ke jurang resesi 2023.
Akan tetapi dalam hal ini, investor masih bisa mencari potensi cuan dari investasi di sektor dan kelas aset yang tepat menggunakan strategi yang cocok pula.
Resesi untuk saat ini memang masih menjadi ramalan atau prediksi gaes, tapi tidak ada salahnya jika kita berjaga – jaga serta mempersiapkan mitigasi sedini mungkin untuk melakukan pencegahan atas apa yang terjadi jika adanya sebuah resesi.
Dalam artikel ini kita akan coba bahas sedikit yang mungkin akan memberikan gambaran kepada kalian semua tentang resesi, baca artikelnya sampai bawah ya gaes.
Daftar Isi
Apa Itu Resesi 2023
Resesi adalah kata atau istilah yang sering digunakan untuk memberik keadaan dimana perputaran ekonomi suatu negara berubah menjadi lambat atau buruk.
Perputaran ekonomi yang melambat ini bisa berlangsung cukup lama bahkan tahunan akibat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara menurun selama dua kartal dan berlangsung secara terus menerus.
PDB atau produk domestik bruto sendiri bisa kita artikan sebagai aktivitas ekonomi suatu negara selama satu periode. Jadi, apabila suatu negara mengalami aktivitas ekonomi yang turun secara terus menerus selama dua periode, maka negara tersebut dapat dikatakan resesi.
Sedangkan National Bureau of Economic Research (NBER) yang terletak di Amerika Serikat, mengartikan resesi sebagai kondisi dimana negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dalam kurun waktu beberapa bulan dilihat dari PDB.
Bagaimana? sudah ada gambaran dari pengertian resesi? sudah gak bingung ya sekarang kalau ditanya resesi itu apa.
Apa Yang Menyebabkan Resesi 2023 Terjadi?
Ada bermcam – macam faktor yang bisa menyebabkan sebuah negara menjadi resesi, berikut ini adalah sebagian faktornya, kalian bisa cari tahu dalam sebuah jurnal untuk faktor yang menyebabkan resesi terjadi karena ini memerlukan penelitian lebih.
1. Inflasi
Inflasi adalah sebuah kondisi dimana harga terus menerus naik, kenaikan ini meliputi harga barang atau pelayanan jasa. Nah kenaikan inilah yang akan mengakibatkan lemahnya daya beli masyarakat yang nantinya juga dengan penurunan produksi barang dan jasa.
Jika hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama, hal ini akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal, kemiskinan, dan terjadi resesi.
Kita tahu sendiri juga bahwa sekarang ini banyak sekali PHK massal terjadi dimana – mana, sudah siapkah dengan hal itu? penting untuk melakukan upgrade skill.
2. Deflasi Berlebihan
Sama seperti inflasi, deflasi juga bisa membawa pengaruh yang buruk dan memicu terjadinya resesi. Deflasi adalah sebuah kondisi dimana harga barang dan jasa turun dari waktu ke waktu yang akhirnya berimbas pada upah yang dibayarkan mengalami penurunan.
Deflasi juga ditandai dengan adanya penundaan pembelian barang atau jasa sampai harga terendah. Hal ini tentunya sangat beresiko bagi pemilik usaha. Sebab, meskipun daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, nyatanya pemilik usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada ruginya suatu bisnis.
3. Terkait Gelembung Aset Pecah
Penyebab berikutnya resesi adalah pecahnya gelembung aset. Hal ini bisa terjadi saat investor mengambil langkah secara gegabah.
Misalnya, terjadi pembelian saham dan properti secara masif dengan anggapan harganya akan naik dengan cepat. Lalu, saat keadaan ekonomi tengah goyah, mereka akan beramai-ramai menjualnya yang mengakibatkan terjadinya panic selling dan berujung pada resesi akibat rusaknya pasar.
4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Hal lain yang bisa menyebabkan terjadinya resesi 2023 adalah terkait dengan ekonomi dari suatu negara. Hal ini ditandai dengan menurunnya daya beli yang disebabkan kesulitan terkait dengan hutang.
Hutang akan memicu bunga yang perlu dibayarkan dan ujungnya adalah ketidakmampuan untuk melunasinya atau gagal bayar.
5. Perkembangan Teknologi
Resesi adalah kemerosotan ekonomi yang tidak hanya disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri. Perkembangan teknologi turut menjadi faktor adanya resesi.
Hal ini bisa terjadi karena adanya penurunan lapangan pekerjaan yang banyak digantikan oleh teknologi terkemuka seperti Artificial Intelligence (AI) dan robot. Alhasil, lapangan pekerjaan akan menurun drastis dan membuat angka pengangguran meningkat.
6. Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi
Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi pemicu berikutnya. Barang dan jasa yang diproduksi secara berlebih dengan tingkat konsumsi atau daya beli yang menurun bisa membawa malapetaka bagi produsen.
Hal ini mendorong terjadinya impor secara besar-besaran, membengkaknya pengeluaran perusahaan, dan menipisnya laba perusahaan dalam negeri.
7. Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Penurunan Selama Dua Kuartal Berturut-Turut
Salah satu indikasi resesi adalah adanya penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut yang dinilai dari melemahnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
8. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Indikasi lain terjadinya resesi adalah nilai impor suatu negara lebih besar ketimbang ekspor. Hal Ini bisa memberikan efek terhadap defisitnya anggaran negara dan terjadinya penurunan pendapatan nasional.
9. Tingginya Tingkat Pengangguran
Tingginya angka pengangguran suatu negara bisa mengindikasikan negara tersebut mengalami resesi. Sebab, tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran perekonomian suatu negara.
Dilihat dari angka pengangguran pada sebuah negara, bisa mengindikasikan negera tersebut mengalami resesi. Sebab, tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran
Apabila angka pengangguran meningkat secara terus menerus, hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat kriminalitas yang ikut naik.
Secara garis besar, resesi adalah situasi yang muncul karena berbagai faktor. Misalnya krisis keuangan, salah mengambil keputusan perekonomian, adanya disrupsi rantai pasokan, disrupsi perdagangan eksternal, pecahnya gelembung ekonomi, sampai dengan faktor yang ada di luar kuasa manusia seperti bencana alam ataupun pandemi.
Baca Juga : Ketahui Manfaat Nyata Dari Micro Influencer Untuk Bisnis
Tips Cara Menghadapi Resesi 2023
Dalam situasi yang serba tidak menentukan ini, perekonomian dunia tengah dilanda kesulitan, sehingga sangat tidak mengherankan jika isu dengan ancaman resesi ditahun 2023 ini bermunculan. Dari para pakar keuangan atau pakar ekonomi hingga Presiden Jokowi, semua menyuarakan tentang ancaman satu ini.
Jika kamu bingung dan bertanya – tanya resesi 2023 karena apa? Jawabannya beragam. Empat alasan terkuat yaitu karena pengaruh kondisi ekonomi global, peningkatan suku bunga bank, krisis pangan & energi, dan ketidakpastian pasar & utang.
Ada prediksi dari UNCTAD bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan merosot dari 2.5 ke 2.2 persen di tahun 2023. Sebagai masyarakat yang cerdas dan siap siaga, kamu bisa melakukan sejumlah persiapan di bawah ini untuk mengatasi ancaman resesi tahun depan:
1. Mempersiapkan Dana Darurat
Langkah utama yang benar-benar harus dilakukan untuk menghadapi resesi 2023 Indonesia adalah dengan mempersiapkan dana darurat. Jika kamu sudah melakukan hal ini, maka tingkatkan lebih ‘porsinya’.
Jadi, jika semula kamu hanya menyisihkan sekitar 10 persen penghasilan, maka saat ini tingkatkan menjadi 20 hingga 25 persen. Lebih dari itu? Justru lebih baik. Namun kembali lagi, sesuaikan dengan pengeluaran wajib yang harus ditanggung saat ini.
Dengan adanya isu resesi 2023 ketika kita mempunyai dana darurat maka akan sangat memudahkan bagi kita untuk menghadapinya. Penting untuk kita ketahui bersama bahwa ditengah isu resesi ini akan sangat penting untuk tidak terlalu boros.
2. Membatasi Pengeluaran
Solusi bagi kalian untuk menghadapi resesi pada tahun 2023 adalah membatasi pengeluaran yang ada. Sebisa mungkin nih kalian membatasi pengeluaran yang tidak diperlukan. Hal – hal semacam ini mungkin terakit dengan gaya hidup, biaya rekreasi atau biaya kulineran.
Dengan membatasi pengeluaran, maka kamu bisa mengalokasikan finansial pada hal-hal yang urgent. Selain itu, hal ini berguna untuk membiasakanmu untuk jauh dari sifat konsumtif dalam jangka pendek maupun panjang.
3. Menambah dan Memoles Keterampilan
Dampak yang bisa ditimbulkan dari adanya resesi 2023 yang akan datang kemungkinan besar adalah PHK atau pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Sebagai masyarakat kelas pekerja, kamu harus menginvestasikan beberapa keterampilan dalam dirimu.
Asah terus menerus sehingga keterampilan tersebut bisa menjadi pundi-pundi penghasilan tambahan. Untuk mempermudah penguasaan keterampilan, kamu bisa sesekali mengikuti kelas-kelas pelatihan yang diadakan oleh profesional.
4. Mempersiapkan Pekerjaan Sampingan
Resesi 2023 tidak cuma memberi ancaman PHK untuk para masyarakat kelas pekerja, namun resesi tersebut pun akan mengganggu perputaran ekonomi pribadi masing-masing.
Mengetahui hal ini, jika kamu masih memiliki waktu luang, misalnya selepas kerja atau di akhir pekan, maka manfaatkan hal tersebut untuk mencari kerja sampingan. Sehingga jika resesi benar terjadi, maka keuangan tetap lancar.
5. Memperluas Koneksi
Untuk menghadapi ancaman resesi 2023, kamu tidak cuma perlu memperkuat finansial. Namun koneksi pun harus diperluas. Jadi, jangan membatasi pertemanan dalam 1 kelompok, akan tetapi carilah seluas-luasnya dari kalangan manapun.
Guna menghadapi ancaman dari resesi 2023, koneksi bisa menjadi sesuatu hal yang diperluas. Jadi, jangan membatasi pertemanan dalam sebuah kelompok, akan tetapi carilah seluas – luasnya dari kalangan manapun.
Dengan koneksi luas, maka roda perekonomian pribadi pun menjadi lancar. Kamu akan terbantu jika membuka usaha. Begitupun dengan mencari pekerjaan baru setelah PHK besar-besaran, hal itu juga bisa semakin mudah. Nah, itu dia hal-hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan diri dari ancaman resesi 2023.
Untuk mengatasi gelombang resesi ekonomi, kamu juga bisa mulai mempersiapkan dana darurat seperti di nomor satu. Salah satunya dengan melakukan investasi mulai 100 ribu aja melalui microfinance marketplace di Amartha. Di sini, kamu bahkan bisa memperoleh imbal hasil hingga 15% flat per tahun, lho!