Teknik foot in the door sebenarnya bukan teknik baru dalam dunia marketing atau pemasaran. Teknik ini datang dari zaman ketika penjual keliling masih menjual produk yang dipunya dari pintu ke pintu.
Tantangannya pasti ada banyak, beragam penolakan pasti ada, baru mau lewat pintu udah ditutup ya ada juga pastinya. Nah yang timbul adalah bergerak perlahan tiba2 langsung sampe depan pintu kata seorang sales. Maka gak heran kalau kalian sering mendengar kalimat seperti “Supaya laku, letakkan kaki di depan pintu”.
Maksudnya adalah …
Jadi ketika pemilik rumah membukakan pintu dan seorang sales meletakkan kakinya sehingga tak dapat ditutup, maka mereka akan punya kesempatan untuk menjelaskan produk yang sedang dijual. Ini berarti peluang yang lebih besar untuk dibeli.
Dari situlah asal muasalnya berasal.
Dizaman sekarang ini teknik ini menjadi semakin berkembang menjadi sebuah konsep penjualan yang jauh berbeda meski tetap menggunakan nama yang sama.
Ada sebuah quote..
Foot in the door (FITD): Mintalah sesuatu yang lebih kecil. Dan jika setuju, maka besar kemungkinan mereka akan menyetujui permintaan yang lebih besar.
Contoh Penggunaan Teknik Foot in The Door
Contoh kali ini ada pada marka hati – hati berkendara pada sebuah rumah. Uji coba tentang seberapa efektifnya FITD adalah seperti berikut
Pemilik rumah yang memiliki pekarangan yang luas diminta untuk memasang sebuah marka dengan tulisan “Hati – Hati, Banyak Anak – Anak”.
Tentu saja banyak dari mereka yang menolak, dengan beragam alasan.
Kemudian dilakukanlah percobaan lanjutan dengan meminta pemilik rumah lainnya sebuah marka sama “Hati – Hati, Banyak Anak – Anak” dengan ukuran yang lebih kecil.
Tak disangka hampir semua pemilik rumah setuju.
3 Minggu kemudian, tim kembali datang ke rumah yang memasang tanda untuk meminta agar mereka menggantinya dengan ukuran yang lebih besar.
Hasilnya mencenangkan.
76% pemilik rumah setuju dengan penggantian marka yang lebih besar.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Berikut penjelasan ilmiahnya.
Baca Juga : Forecasting Adalah : Jenis, Metode, Rumus, dan Contoh
Penjelasan Mengapa Teknik Foot in The Door Bekerja
Dilansir dari riantoastono.com, ada setidaknya 2 alasan psikologis yang dapat untuk menjelaskan fenomena seperti ini
- Pertama, manusia cenderung merasa terlibat (atau berhutang) pada sesuatu atau seseorang dimana mereka pernah berinteraksi sebelumnya.
- Kedua, manusia selalu berusaha untuk membenarkan tindakan yang ia lakukan sehingga jika ia sudah memilih satu hal maka ia akan membela pilihannya tersebut.
Maka terbuktilah bahwa FITD dapat diterapkan secara luas, dalam sebuah strategi bujuk rayu.
Berikut contohnya
Yang remeh – remeh misal
- “Boleh gak saya masuk?” diikuti dengan “Hmm, kalau pinjam uang boleh gak?”
- “Main kerumahmu 1 jam boleh gak?” diikuti dengan “Kalau sekalian menginap boleh gak”?”
Yang sering ada di mall – mall
- “Hallo kaka, bolehkah saya bertanya?” daripada“Hallo kaka, mau beli kulkas?”
- “Hallo kaka, bisa minta waktu 1 menit?” daripada “Hallo kaka, minta sumbangan donk buat unicef.”
Sampai dengan yang serius
- Pakai pin bakal calon presiden di baju
- Mengisi kuesioner diikuti dengan tes kesehatan tertentu
- Isi petisi sampai pengumpulan dana
Inti dari teknik Foot In The Door adalah:
- Mulai dengan meminta sesuatu yang kecil, kemudian lanjutkan dengan yang lebih besar.
- Kedua jenis permintaan tersebut, kecil dan besar harus saling berhubungan.
Kesimpulannya Adalah
Teknik foot in the door adalah teknik yang ampuh sehingga sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Jika selama ini permintaan dan marketing Anda kerap mendapat penolakan, besar kemungkinannya adalah karena permintaan Anda yang kelewat besar. Secara tidak langsung, FITD berhubungan erat dengan traffic temperature, yaitu bagaimana mengubah cold customer menjadi hot customer, mengubah mereka yang menolak menjadi menerima, mengubah mereka yang belum siap menjadi siap, mengubah mereka yang tidak membeli menjadi pembeli.
Dalam dunia pemasaran online, hanya ada sedikit konsumen yang bersedia membeli produk yang tak mereka kenal dan percayai sebelumnya. Dibutuhkan waktu dan proses untuk memanaskan audience sedingin salju menjadi sepanas kompor.
Salah satu caranya mungkin dengan permintaan kecil terlebih dahulu.
Dan apabila saat waktunya tiba, dapatkan yang lebih besar tanpa harus ditolak mentah-mentah.