Blog Szeto Consultants – Urutan proses produksi yang benar adalah serangkaian langkah terstruktur yang mengubah bahan mentah menjadi produk jadi. Meskipun jenis industri bisa berbeda (manufaktur, makanan, garmen, dll.), tahapan intinya pada dasarnya tetap sama.
Daftar Isi
Urutan Proses Produksi Barang yang Benar
Berikut adalah lima fase utama proses produksi yang harus dilakukan secara berurutan dan terintegrasi:
Fase 1: Perencanaan dan Desain (Planning & Design)
Fase ini adalah fondasi. Sebelum satu material pun dipotong, Anda harus tahu persis apa yang akan dibuat, berapa banyak, dan bagaimana cara membuatnya.
- Demand Forecasting (Peramalan Permintaan): Menentukan jumlah produk yang harus diproduksi berdasarkan pesanan pelanggan (Sales Order) atau perkiraan kebutuhan pasar.
- Bill of Materials (BOM) / Resep: Mendefinisikan secara pasti semua bahan baku, komponen, dan jumlahnya yang diperlukan untuk membuat satu unit produk jadi.
- Routing (Penentuan Alur Kerja): Menetapkan urutan stasiun kerja, mesin, atau langkah-langkah yang harus dilalui material, termasuk estimasi waktu yang dibutuhkan di setiap langkah.
Fase 2: Pengadaan Material (Procurement & Staging)
Fase ini memastikan semua sumber daya fisik yang dibutuhkan tersedia di tempat yang tepat.
- Permintaan Pembelian dan Pembelian: Jika bahan baku kurang, bagian produksi memicu Purchase Requisition. Setelah disetujui, pembelian dilakukan dan material masuk ke gudang.
- Material Staging (Penyiapan Material): Material yang dibutuhkan ditarik dari lokasi penyimpanan gudang dan dipindahkan ke area produksi (Work in Progress/WIP). Ini adalah proses pemisahan stok dari gudang umum ke gudang produksi.
Fase 3: Eksekusi (Manufacturing Execution)
Ini adalah jantung dari proses produksi, di mana nilai ditambahkan ke material.
- Pengerjaan dan Perakitan: Material diolah sesuai routing (potong, rakit, finishing). Selama fase ini, material bertransformasi menjadi produk setengah jadi (Sub-Assembly) sebelum menjadi produk jadi.
- Pencatatan Waktu dan Biaya: Mengumpulkan data tentang jam kerja mesin, konsumsi energi, dan tenaga kerja yang dihabiskan di setiap stasiun kerja. Ini penting untuk menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat.
Fase 4: Kontrol Kualitas dan Penerimaan (Quality Control & Acceptance)
Setelah pengerjaan selesai, hasilnya harus diverifikasi.
- Pemeriksaan Kualitas (QC): Produk jadi diinspeksi. Produk dicatat sebagai lulus atau gagal (reject). Produk yang gagal dapat dikirim untuk perbaikan (rework) atau dibuang.
- Goods Receipt (Penerimaan Produk Jadi): Produk yang lulus QC secara resmi diterima ke gudang Finished Goods (FG). Pada titik ini, produk secara akuntansi diakui sebagai aset persediaan siap jual.
Fase 5: Pengelolaan dan Distribusi (Inventory Management & Fulfillment)
Tahap terakhir memastikan produk disimpan dengan baik dan siap dikirim.
- Putaway: Produk jadi ditempatkan pada lokasi penyimpanan akhir di gudang.
- Fulfillment: Ketika ada pesanan penjualan, produk ditarik dari lokasi penyimpanan (melalui proses picking) dan dikemas (packing) untuk dikirim ke pelanggan.
Optimalisasi Setiap Tahapan dengan Software Prieds
Menerapkan urutan produksi di atas secara manual sangat rawan kesalahan, terutama dalam pelacakan stok Waktu-Nyata (Real-time) dan perhitungan biaya. Software Prieds (sebagai WMS dan solusi manajemen produksi) mengintegrasikan seluruh rantai proses ini secara digital: